“…there is a difference between knowing the path, and walking the path.“
ini adalah penggalan kalimat dari morpheus kepada neo di film the matrix.
saya teringat pada penggalan kalimat tersebut ketika membaca komentar-komentar pada tulisan priyadi tentang MoU antara pemerintah dan microsoft, karena walaupun mayoritas komentar “menyalahkan” baik pemerintah atau microsoft, namun dari 56 komentar (saat itu), 35 komentar menggunakan OS Windows XP, 1 menggunakan Windows 2003 Server, 1 menggunakan Windows Vista, sementara yang menggunakan OS perangkat lunak bebas hanya 14, terdiri dari 6 menggunakan generik linux, 3 menggunakan OpenBSD (itupun komentar dari satu orang yang sama), 1 FreeBSD, 1 Ubuntu, 1 Fedora, 1 Gentoo, dan 1 Suse. sisanya menggunakan OS proprietary seperti Mac OS X (3 komentar) dan sarana blogging seperti MovableType (1 pingback/trackback), dan ada satu yang OS-nya tidak dikenal (unknown). saya sendiri menggunakan OS proprietary Mac OS X Tiger 10.4.8.
buat saya pribadi, kalau rakyatnya sendiri masih suka pakai microsoft windows XP, ya boleh dong pemerintahnya pakai windows XP juga. yang patut disalahkan memang lemahnya penegakan hukum di indonesia, terutama HAKI, yang menyebabkan kita sebegitu mudahnya menggunakan perangkat lunak bajakan. berikut pendapat dari budi rahardjo:
Soal kenapa opensource kurang maju di Indonesia, bukan karena nggak ada duitnya. Di luar negeri juga sama seperti itu. Yang kurang adalah semangat dari kita-kita ini. Karena terlalu mudah pasang produk Microsoft (tanpa beli lisensi) maka kita tidak mendapat dorongan untuk menggunakan dan mengembangkan open source. Lupa dan tidak membuat strategi.
seperti yang telah dituliskan oleh priyadi dan amal, pemerintah memang harus memilih salah satu: bayar lisensi atau ganti pakai perangkat lunak alternatif, yang intinya sama saja seperti yang selalu didengungkan oleh judith ms: be legal! dan lebih baik kritik dialihkan dari sekedar bicara “pakai opensource” ke soal beratnya persyaratan yang diajukan oleh microsoft ke pemerintah dalam konsesi ini.
wah sepakat!
nah kalopun mo ngomongin syarat itu, bikin aliansi. biar suaranya lebih kuat!
btw, butuh banner om?
syarat yang berat itu apa, oom ganteng?
termasuk menerima kalo microsoft menikah lagi dengan yang lain?
aku pake ms windows karena di kantor mas eko dan akses internet juga dari kantor. kantor kuat beli lisensinya.makanya keditek pake ms windows di komentarnya om priyadi, gitu. tapi kalo software yang lain, pake open source kok seperti open office, gimp. gitu. cuma platform OSnya saja kok. hihihi…
Menurut pendapat saya, mengapa yang memberi komentar di Blog Mas Priyadi kebanyakan menggunakan Windows dari pada yang lain. Itu karena mereka menggakses web Mas Priyadi dari kantornya yang mana masih banya menggukan Windows. termasuk saya, memeberikan komentar di Blog ini juga dari kantor. Tapi saya tidak pake Windows, hari-hari saya kerja dengan Kubuntu 6.10. Memang sih Windows masih ada dalam komputer saya ini tapi Windows Legal ada lisensinya.
Nah Windows ini saya pake untuk hal-hal yang memang gak bisa jalan di Ubuntu, seperti menjalankan aplikasi yang sudah terlanjur di buat dengan platform Windows.
Itu saya pendapat saya.
Kalau foto Neo lisensinya apa om ? (cc) ?
Tapi saya tidak pake Windows, hari-hari saya kerja dengan Kubuntu 6.10. Memang sih Windows masih ada dalam komputer saya ini tapi Windows Legal ada lisensinya.
Nah Windows ini saya pake untuk hal-hal yang memang gak bisa jalan di Ubuntu, seperti menjalankan aplikasi yang sudah terlanjur di buat dengan platform Windows.
>>> kok kata2nya beda gini sih. diatas bilang ga pake windows, tp bawahnya pake.
Diakuin ajalah, kita memang msh tergantung ama MS. kalo pun ada yg pk IGOS, pasti dia butuh MS jg. So, tetep butuh beli license dong π
kalo gua terbalik. inisiatif untuk opensource sebenarnya harusnya datang dari pemerintah. apalagi kalau bukan pemerintah siapa lagi. perusahaan gede macam microsoft punya duit banyak buat promosi macam2 di segala macam lapisan masyarakat. komunitas opensource punya solusi yang gak kalah sama microsoft, tapi gak punya duit sebanyak microsoft.
This image is a screenshot from a copyrighted film, and the copyright for it is most likely owned by the studio which produced the film, and possibly also by any actors appearing in the screenshot. It is believed that the use of a limited number of web-resolution screenshots
* for identification and critical commentary on the film and its contents
kalau ini mau dibahas, seperti bahas ayam dan telur. tapi point gue bukan di situ. point gue lebih ke practice what you preach. for the sake of the argument, pemerintah sudah practice what they preach, mereka sudah sepakat tanda-tangan MoU dan memang pengguna windows. lha yang nyuruh-nyuruh pake opensource itu kenapa gak practice what they preach juga, kan bisa membuat saran mereka lebih berbobot.
Kalau anak muda di kampung, biasa ngegelek karena biasa dapat gelek dari dealer. Apakah pak RT diam diam saja he eh eh
Oh ya menurut penelitian penjual gelek, gelek itu tidak berbahaya dibanding rokok.
11 miskonsepsi tentang marijuana
kalo tuk kantor2 swasta atau pemakaian pribadi biarin lah terserah pake OS apa aja karena mereka bayar sendiri.
tapi kalo kantor2 pemerintah kan yg bayar pake uang rakyat.. jadi rada gak tega mbaca intisari mou itu…
Pengguna rokok juga bilang rokok itu sehat π
Gibt das Hanf frei (silahkan di bable) he he he h
Tapi … siapa tahu memang rokok itu sehat dan baik lho. Kita aja yang sok tahu rokok itu tidak baik. ha ha ha. kak kak kak …
[…] Kemudian, tulisan Eko tentang walking the path yang melakukan tabulasi terhadap sistem operasi yang digunakan komentator pada tulisan saya sebelumnya. Beliau menyimpulkan bahwa sebagian besar komentator masih menggunakan Windows, namun mayoritas komentar menyalahkan pemerintah atau Microsoft. Tetapi sebenarnya kenyataan tersebut tidak dapat menyimpulkan benar atau salahnya argumen yang diusung komentator yang ‘anti MoU’ dengan menggunakan Windows. Paling jauh hanya akan menyimpulkan bahwa yang berkomentar seperti itu adalah hipokrit. […]
saya juga pakai win2003 server karena akses dari kantor :p
gimana mau pake linux? orang rakyat kita masih bodoh-bodoh koq. dateng ke warnet aja ngeliat os-nya linux pergi lagi, gak jadi masuk.
bukan karena gak mau, dan bukan karena suka windows, tapi karena taunya baru windows gitu. mungkin nanti kalo udah familiar dengna linux apalagi kalau mereka tau linux itu gambarnya bagus-bagus *kalimat orang awam seperti saya, ngeliat gambarnya dulu, bagus apa engga*. pasti nantinya mereka eh kami bakalan pindah ke linux koq. tinggal tunggu waktu aja. dan juga kalo emulator atau semacamnya buat program windows bener-bener udah bisa jalan di linux *seperti wine misalnya* baru deh total pindah ke linux.
sekarang ini kantor pake program yang dibikin ber-basiskan windows, jadi belum bisa jalan penuh di linux, walaupun udha ada wine.
Saya sendiri pake Ubuntu di desktop (walaupun karena gak ngerti linux dan susah nyari yang ngerti di lingkungan saya). Tapi laptop tetep pake WinXP (bawaan ato pre-loaded ya?). Sementara di kantor pake WinXP dan IE π
Saya lebih setuju pake WinXP di kantor. Biar pembelian software banyak sehingga komisi dari vendor meningkat. Kan ada jatah 10% :d
[…] Original post by Planet Terasi […]
linux dan windows. gua ngeliat mana yang tepat untuk goal yang gua tuju, mana yang tepat untuk proses bisnis yang ada. yang kayak gini gak bisa diputuskan dengan “ego”. apalagi dari sisi bisnis, keputusan terhadap a, b, c harus sejalan dengan visi dan misi dari suatu proses bisnis.
bicara tentang pemerintah, mereka juga punya proses bisnis. nah masalahnya, gua gak paham dengan pross bisnis mereka *suram*. jadi gua gak tau mana yang tepat untuk mereka (pemerintah -red).
oiya, mengenai pembajakan itu lain hal. disini gua memandang masing – masing dalam taraf legal sesuai hukum
Saya sudah berhasil migrasi kelinux. Jujur saja, ini bukan sesuatu yang mudah, untuk bisa berfungsi seperti windows, perlu utak-atik disana-sini, install plugin-plugin tambahan.
Memang tidak terlalu sulit. Tapi perlu tingkat kecerdasan tertentu dan waktu yang tidak semua orang memilikinya. Di Indonesia ini selain banyak orang bodoh (dan dibodohkan), kebanyakan juga terlalu sibuk mencari sesuap nasi. Boro2 belajar linux.
Berpindah ke linux, mungkin masih mimpi. Pendidikan yang mencerdaskan lebih diperlukan.
kl yang komentar menggunakan windows legal, tentu itu bukan masalahkan.
saat saya komentar disini, saya menggunakan windows. biasanya saya memang menggunakan linux, tapi berhubung sedang ada masalah pada partisinya. jadi saya putuskan untuk menggunakn windows sementara.
Ya enakan windows lah,… pemandangannya enak, banyak penghuninya………. untuk grafis silahkan pake apple, untuk belajar otak-atik silahkan pake Linux (sapa tau bisa ngalahin om Bill), untuk bisnis, coding script dll silahkan pake Windows………….. gtu aza kok repot :))